Korda Kediri VII Muslimat NU Bahas Problematika Organisasi

Nganjuk, 12 Februari 2020

Pertemuan Korda Kediri VII bersama PW Muslimat NU, Jatim berlangsung di Hotel Prigi, Trenggalek pada Ahad (9/2/2020)

Pertemuan Korda Kediri ini dilaksanakan rutin setiap 6 bulan sekali dan pertemuan kali ini adalah pertemuan pamungkas putaran ke-1.

Kegiatan yang mengusung tema Muslimat NU Memperjuangkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin ini diikuti oleh 7 cabang se-Karesidenan Kediri, meliputi: Cabang Nganjuk, Cabang Kota Kediri, Cabang Kediri, Cabang Kota Blitar, Cabang Blitar, Cabang Tulungagung, dan Cabang Trenggalek.

Bentuk kegiatan ini berupa rapat koordinasi antarcabang dengan tujuan membahas problematika seputar keorganisasian Muslimat.

Banyak yang dibahas dalam rapat koordinasi ini, terutama masalah periodisasi dan rangkap jabatan. Sesuai ketentuan yang tertuang dalam AD-ART Muslimat NU, periode kepengurusan muslimat selama 5 tahun dan boleh dipilih kembali maksimal dua periode. Sedangkan mengenai rangkap jabatan, seorang ketua tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai ketua atau pengurus harian pada lembaga di atasnya atau di bawahnya atau antar lembaga/banom.

Hal ini sempat menjadi polemik terkait situasi dan kondisi yang berbeda di tiap ranting, ancab, maupun cabang. Yang menjadi barometer adalah kembali menegakkan AD-ART sebagai sumber dan pedoman berlangsungnya sebuah organisasi.

Sementara itu, PW Muslimat NU, Ibu Nyai Hj. Masruroh, M.Si dalam sambutanya banyak memberikan petuah. Menurutnya, akhir-akhir ini volume keinginan menjadi ketua muslimat meningkat. Di mana-mana muslimat banyak dilirik orang. Hal ini boleh-boleh saja, asal punya potensi, kompetensi, integritas, kapasitas, dan loyalitas.

Lebih lanjut, Beliau menjelaskan bahwa muslimat adalah organisasi diniyah ijtima’iyah artinya organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kita harus mampu memanfaatkan segala situasi dan kondisi untuk kebesaran muslimat, karena muslimat menjadi kekuatan untuk mengangkat kemaslahatan dan kesejahteraan muslimat.

Di samping itu, muslimat harus menjaga 4 hal, yaitu silaturahmi, menjaga tali persaudaraan; silatul afkar, bertukar pikiran; silatul amal, berkaitan dengan perbuatan amaliyah berupa amalan-amalan nahdliyah; dan silatul arwah.

Sedangkan dari segi ruhul/semangat/spirit, muslimat harus berpedoman pada 4 ruhul, pertama, Ruhul Diniyah, spirit keagamaan, kedua, Ruhul Wathaniyah, spirit kebangsaan, ketiga Ruhul Ta’adudiyah, spirit kebhinekaan, dan keempat, Ruhul Insaniyah, spirit kemanusiaan.

Tak ketinggalan, Drs. KH. Abdus Shomad, M.Si, Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Hukum, melontarkan sebuah slogan baru, yang saat ini sedang gencar-gencarnya digaungkan oleh Kabupaten Trenggalek dalam berbagai kesempatan, yang terkenal dengan istilah “Trenggalek Meroket”. Slogan ini digagas oleh Bupati Trenggalek, M. Nur Arifin. Meroket singkatan dari Maju Ekonomi Rakyatnya, Orang dan Organisasinya Kreatif, dan Ekosistem yang Terjaga.

Pada akhir acara, peserta dimanjakan untuk menikmati panorama sejumlah destinasi wisata yang ada di Trenggalek, yaitu Pantai Prigi, Pantai Pasir Putih, Pantai Karanggongso, Pantai Mutiara, Pantai Simbaronce, Pantai Damas, Pantai Cengkrong, dan Goa Lawa.

Redaktur : Yayuk Winarti

Editor : Haafidh Yusuf

Digiqole ad

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *