Perempuan Penghafal Al-Qur’an Tangguh

Oleh: Ali Anwar Mhd

The Holistik Tahfidz Center (THTC), Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ), adalah pesantren yang terletak di gunung Wilis, Desa Sempu Kecamatan Sawahan Nganjuk.

Terletak beberapa kilomater dari lokasi wisata Air Terjun Sedudo. Atau di bawah persis (bagi yang pernah singgah) beberapa meter dari Hotel Wisata Sanggrahan Sawahan.

Sedang letaknya dari pusat kota (kabupaten), ke selatan jauh, arah naik ke wisata Air Terjun Sedudo sekitar 25 KM.

Mengapa pesantren tersebut disebut The Holistic Tahfidz Center? Karena di dalamnya adalah mempelajari secara utuh semua yang terkait dengan Al-Quran.

Bukan hanya sekedar menghafal Al-Quran saja, tapi juga (saya menyebut) Qiro’i, Khot’i, Hifdzi, Tarjim, dan Tafsiri.

Dalam proses menghafal Al-Qur’an, tidak langsung menghafal, tapi ada beberapa tahapan yang dijalani sebelum menghafalkannya. Yaitu harus membaca terlebih dahulu (fasih membaca), setelah membaca, menulis (menulis Al-Qur’an), baru menghafalnya.

Tidak hanya sampai di situ. Setelah menghafal Al-Qur’an, menterjemah, dan terakhir mentafsir Al-Qur’an.

Jadi proses di dalam pesantren bukan hanya Tahfidzul Al-Qur’an (hafal Al-Qur’an), tapi membaca, menulis, menghafal, menterjemah, dan mentafsir.

Mengapa demikian komplit, dan tidak hanya menghafal? Berdasarkan informasi pengasuh pesantren, Bu Nyai hajjah Yuhana, SQ., M.Pd.I. beliau melihat banyak para penghafal Al-Qur’an, namun tidak menguasai dalam menulis Al-Qur’an. Banyak penghafal Al-Qur’an, saat menuliskan Al-Quran tidak sedikit yang salah. Hafal tapi tidak bisa menulis secara benar.

“Begitu pula saat menterjemahkan ayat Al-Quran. Hafal ayatnya tapi tidak hafal/faham terjemahnya, apalagi terkait mentafsir”. Tutur Bu Nyai muda jebolan IIQ Jakarta, yang juga Ketua Forum Silaturahim Hafidzoh (FASIH) kabupaten Nganjuk.

Sehingga, masih tutur Bu Nyai yang saat menempuh pendidikan strata dua (S.2) kakak tingkat saya, “Banyak yang hafal Al-Qur’an, tapi tidak komplit sampai pada tahapan menulis, mentarjim dan sebagainya. Berangkat dari kondisi demikian, maka beliau yang juga ASN di Kemenag melahirkan pesantren Al-Qur’an yang Holistic (utuh).

Sedang dalam menghafal Al-Qur’an di PPBQ menggunakan stadart Imam ‘Ashim Riwayat Nafs jalur periwayatan Syatibie.

Di pesantren, yang merupakan rintisan ketiga Bu Nyai Yuhana ini, The Holistic-nya bukan hanya fokus pada Qiro’ah, Khot, Tahfidz, Tarjim, dan Tafsir (titik tekan pada Tahfidz Imam ‘Ashim), tapi dalam keseharian juga ada penguasaan bahasa Arab dan Inggris. Jadwal pagi dan sore ada pembelajaran secara mandiri dari dua bahasa tersebut.

Proses belajar bahasa Arab dan Inggris, saya sempat menyaksikan sendiri disela-sela saat saya memiliki acara di pesantren tersebut.

Saya melihat pendekatan metode yang digunakan dalam mendalami Bahasa Arab dan Inggris sama persis seperti yang diterapkan di pondok modern. Melatih kemandirian santri bercakap dua bahasa secara langsung, yang didampingi santri tingkat atasnya. Kakak kelas membimbing atau mendampingi adik kelas dalam jadwal berlatih atau berkomunikasi dua bahasa.

Tentu kedua bahasa memperkuat ke-holistic-kan pesantren.

Kedua bahasa tersebut diberikan selain penguasaan Al-Qur’an adalah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan para santri dalam menatap masa depan, terutama dikacah dunia global.

Cukupkah hanya itu?

Belum.

Di THTC PPBQ ternyata juga memfokuskan memberikan pembelajaran kepada para santti terkait IT. Jadwal pembelajaran IT melalui SMPI IT Baitul Qur’an yang didirikan di PPBQ. Untuk tingkat SMK Baitul Qur’an masih dalam rancangan. Jadi secara formal IT dipelajari dan dikuatkan melalui lembaga pendidikan formal yang dimiliki.

Siapa muridnya?

Ya para santri pesantren yang menghafal Al-Qur’an secara Holistic, yang juga belajar menguasai kedua bahasa secara Holistic internasional.

Pesantren THTC PPBQ adalah hasil perjalanan panjang pengasuh. Bukan pesantren pertama yang didirikannya, tapi pesantren ketiga yang didirikan secara mandiri.

Pesantren Tahfidz Qur’an pertama yang didirikan berlokasi di Lampung. Saat mendirikan ketika masih lajang yang didampingi Ibuknya. Sekarang pesantten tersebut masih berdiri dan diasuh oleh adik-adiknya. Tidak jarang hampir setiap waktu mengkontrol pesantten yang berada di Sumatra tersebut.

Pesantren Tahfidzul Qur’an kedua yang pernah didirikan berada di wilayah Ngronggot Nganjuk. Dan ketiga mendirikan THTC PPBQ di Sawahan Nganjuk, yang di asuhnya sendiri sampai sekarang.

Bukan hal atau perkara mudah mendirikan pesantren yang berada di beberapa tempat yang telah didirikan. Termasuk pesanten ketiga yang didirikan di gunung Wilis Sawahan Nganjuk.

Bu Nyai yang kelahiran Madiun Jatim, menceritakan sampai menitikkan air mata, mengingat masa-masa sulit pendirian beberapa pesantren.

Cerita mulai tidak punya tempat atau lahan untuk calon pesantren, lingkungan masyarakat yang awalnya kurang bersahabat, santri yang diajak sebagai bibit awal, kebutuhan santri yang “nderek” dan sebagiannya.

Cerita perjuangan panjang beliau demi melahirkan pesantren Al-Quran. Saya yang mendengarkan ceritanya tidak terasa air mata perlahan ikut keluar.

Beliau menyebut dirinya dalam menjalani hidup sebagai “Kadimul Qur’an”

Semua perjuangan yang dijalani bukan apa-apa. Demi tegaknya Li’ilai kalimatillah. Berdirinya panji-panji Al-Qur’an di atas bumi ini. Sehingga berjuang mendirikan pesantren Al-Quran di berbagai tempat harus ditempuh.

Menyimak cerita perjalanan panjang perjuangan pendirian pesantren Al-Qur’an, menurut saya Bu Nyai Yuhana adalah perempuan luar biasa. Perempuan pejuang Al-Qur’an tanpa kenal lelah.

Beliau sampai menceritakan bahwa, tidak ada jalan lain saat menghadapi tantangan berat (baik kebutuhan material pesantren, lingkungan pesanten, bahkan puncak spiritual kegelisahan) untuk memecahkannya, kecuali pasrah dengan sepasrah-pasrahnya, dan berharap pertolongan hanya kepada Allah SWT. Dan berdo’a setiap saat dan waktu dengan sungguh-sungguh, dimanapun kita berada.

Saya menyebut Nyai Hj. Yuhana, SQ, M.Pd.I ini adalah, perempuan penghafal Al-Qur’an tangguh. (mma)*

Digiqole ad

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *